Jumat, 02 Maret 2012

Pembahasan Cerpen Robohnya Surau Kami


Pembahasan Cerpen Robohnya Surau Kami
            Cerpen Robohnya Surau kami karya A.A. Nafis Merupakan sebuah prosa yang tidak hanya sekedar karya seni biasa. Cerpen ini menyuguhkan potret kehidupan yang memiliki makna yang mendalam, sehingga penyimpulan makna pun memerlukan kajian yang mendalam. Dan untuk menganalisis cerpen ini, ada dua hal besar yang harus diperhatikan, yaitu unsur fisik dan batin cerpen itu sendiri.
            Sebagai sebuah karya, tentunya cerpen ini memiliki unsur-unsur intrinsik, yaitu unsur- unsur yang membangun cerpen itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur- Unsur-unsur intrinsik terdiri dari lima hal antara lain, tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan gaya bahasa dan nada. Namun dalam pembahasan ini unsur-unsur intrinsik tidak dibahas secara mendalam. Sebaliknya unsur-unsur batin atau bisa dibilang makna yang menyeluruh akan lebih ditekankan.
            Tema cerpen ini adalah tentang  persoalan batin kakek Garin setelah mendengar bualan Ajo Sidi. Didalam cerpen, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa oleh pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluruh cerita. Gagasan yang mendasari seluruh cerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu. Jadi gagasan utama cerpen ini adalah konflik batin yang dialami kakek Garin karena bualan Ajo Sidi. Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir. Tokoh dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh. Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain, Ajo Sidi adalah orang yang suka membual, Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain, Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri. Sudut pandang cerpen ini yaitu pengarang berperan sebagai tokoh utama (akuan sertaan) sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita. Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh aku. Gaya di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata, dan majas alegori, dan sinisme.
           
Setelah membahas tentang unsur intrinsik, kita akan mulai pada pokok pembahasan yaitu unsur batin cerpen. Setidaknya  ada dua aspek yang ditekankan dalam cerpen ini yaitu,  aspek sosial dan aspek keagamaan. Untuk mengkaji kedua aspek tersebut, selain menggunakan beberapa nilai yang berkaitan dengan keduanya, kita juga harus menggunakan nalar kita sebagai ummat beragama. Tidak salah jika kita mengkaji cerpen ini, dengan hanya melihat satu aspek saja, baik itu agama ataupun sosialnya saja. Namun,  hal itu akan menyebabkan ketidak sempurnaan dalam penyimpulan makna cerpen ini. Alasannya, aspek agama dan sosial merupakan satu kesatuan dalam penyuguhn cerpen ini. Jadi dalam pembahasan ini, kita akan melihat cerpen Robohnya Surau Kami melalui dua aspek, yaitu agama dan sosial. Dengan tetap memperlakukan cerpen ini sebagai sebuah karya.
            Dilihat dari aspek sosial cerpen ini mengandung beberapa hal, diantaranya kritik sosial dan pesan moral yang sangat berharga. Kritik sosial yang dituangkan dalam cerpen ini yaitu tentang kecendrungan masyarkat yang memiliki sikap individualistis. Yang dampaknya menimbulkan kerusakan fasilitas umum, seperti mesjid yang digambarkan dalam cerpen ini. Kritik sosial yang dihadirkan dalam cerpen ini bisa kita lihat dalam tokoh yang yang dihadirkan. Garin tokoh kakek yang menghabiskan hidupnya dengan menjadi penjaga surau, ia adalah seorang yang taat beribadah, namun diakhir cerita ia dikisahkan mati dengan bunuh diri. Pesan sosialnya adalah pada sebab dari kematian kakek Garin itu sendiri, yaitu cerita Ajo Sidi tentang H. Soleh yang taat namun dimasukan kedalam neraka. Penggalan peristiwa ini mengingtkan kita, bahwa sebagai makhluk sosial kita harus peduli terhadap keluarga dan orang-orang disekitar kita.
            Setelah kita melihat cerpen dari aspek sosial, kita akan melihat satu aspek lagi yang tak kalah pentingnya, yaitu aspek keaagamaan. Bahkan mungkin aspek inilah yang memiliki peran dalam keistimewaan cerpen A.A. Navis ini. Dilihat dari segi keaagamaan, ada dua unsur yang terdapat dalam cerpen ini, yaitu akidah dan ibadah. Mengenai kedua unsur, cerpen memiliki pengaruh tersendiri terhadap masing-masing unsur. Atau lebih jelasnya, cerpen memiliki pengaruh positif terhadap ibadah, dalam artian cerpen memiliki seperangkat motivasi agar pembaca meningkatkan ibadahnya. Namun, berbeda halnya dengan unsur ibadah, pengaruh cerpen terhadap unsur akidah memiliki pengaruh negatif, dalam artian cerpen dapat menimbulkan penyimpangan akidah. Dengan catatan penyimpangan tersebut sangat berpotensi terhadap orang awam. Dua hal inilah yang menjadikan cerpen Robohnya Surau Kami memiliki keistimewaan.  
            Dari segi ibadah, cerpen ini dapat dikatakan memiliki seperangkat motivasi, agar pembaca memiliki hasrat untuk meningkatkan ibadah setelah membacanya. Hal ini terlihat dari kehadiran Kakek Garin dengan  sosok yang sholeh namun, pada akhir hayatnya ia melakukan bunuh diri. Hal ini memiliki artian bahwa seorang yang selalu beribadah pun, imannya belum sempurna, terbukti dengan perbuatan tercelanya, dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Jadi intinya, cerpen ini mengingatkan, bahwa bentuk peribadatan bukan hanya ibadah mahdhoh (langsung ke pada Allah) saja, melainkan ada juga ibadah ghair nahdhoh (melalui perantara).
            Pengaruh cerpen terhadap unsur akidah memiliki potensi yang negatif, bertolak belakang dengan pengaruh cerpen terhadap unsur ibadah. Diman cerpen memilki potensi dalam memberi pemahaman akidah yang yang tidak tepat bagi orang awam. Hal ini dapat dilihat dari penggalan cerpen ketika Ajo Sidi menceritakan tentang kejadian di akhirat. Dalam ceritanya Ajo Sidi menggambarkan beberapa potongan yang cukup berbahaya jika dipahami. Pertama ia menggambarkan adanya gelagat angkuhnya H. Sholeh ketika dihadapkan dengan Allah. Hal ini jika kita fahami dengan baik adalah hal yang tidak mungkin, karena, seluruh mahluk merasa tunduk kepada Allah diakhirat nanti dan tidak mungkin dapat berlaku angkuh. Dan dampaknya jika orang awam membacanya akan menimbulkan pemahaman yang keliru. Kedua, cerita Ajo Sidi menggambarkan suatu kejadian dimana penghuni neraka dapat keluar dan melakukan protes dengan berbondong-bondong. Hal ini juga tidak sesusi dengan akidah islam bahwa penghuni neraka tidak mungkin dapat berbuat hal tersebut. Dan tetap pada akhirnya, hal ini juga berpotensi menimbulkan kekeliruan dalam pemahaman tentang neraka.
            Meski cerpen ini memilki potensi negatif terhadap  akidah, tidak membuat kita memandang cerpen ini sebagai suatu yang negatif. Karena, jika dibandingkan kebaikan dan keluarbiasaan cerpen ini didominasi dengan nilai-nilai yang positif. Selain itu cerpen ini juga memiliki nilai karya yang luar biasa. Dan secara keilmuan cerpen ini memiliki kriteria yang memenuhi ketentuan dari pembuatan prosa. Dan dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi kita sebagai orang yang mempelajari sastra. Jadi kesimpulannya karya A.A. Nafis ini memiliki hal yang luar biasa dan mungkin jarang kita dapatkan pada karya-karya yang ada sekarang.
           

Pembahasan Cerpen Robohnya Surau Kami
Karya
A.A. Nafis

Irwan Tiara
180110110036
Sastra Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar