Pembahasan
Cerpen Robohnya Surau Kami
Sebagai sebuah karya, tentunya
cerpen ini memiliki unsur-unsur intrinsik, yaitu unsur- unsur yang
membangun cerpen itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Unsur- Unsur-unsur intrinsik terdiri dari lima hal
antara lain, tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan gaya bahasa dan
nada. Namun dalam pembahasan ini unsur-unsur intrinsik tidak dibahas secara
mendalam. Sebaliknya unsur-unsur batin atau bisa dibilang makna yang menyeluruh
akan lebih ditekankan.
Tema cerpen ini adalah tentang persoalan batin kakek Garin setelah
mendengar bualan Ajo Sidi. Didalam cerpen, gagasan atau pokok persoalan
dituangkan sedemikian rupa oleh pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari
seluruh cerita. Gagasan yang mendasari seluruh cerita ini dipertegas oleh
pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu. Jadi gagasan utama cerpen
ini adalah konflik batin yang dialami kakek Garin karena bualan Ajo Sidi. Latar
yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial.Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan
peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan
strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai
muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir. Tokoh dalam
cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh.
Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain, Ajo Sidi adalah orang
yang suka membual, Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi
dan mempercayai orang lain, Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri
sendiri. Sudut pandang cerpen ini yaitu pengarang berperan sebagai tokoh utama
(akuan sertaan) sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita.
Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek
bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh aku. Gaya di dalam cerpen ini
pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata, dan majas alegori, dan sinisme.
Setelah
membahas tentang unsur intrinsik, kita akan mulai pada pokok pembahasan yaitu
unsur batin cerpen. Setidaknya ada dua
aspek yang ditekankan dalam cerpen ini yaitu,
aspek sosial dan aspek keagamaan. Untuk mengkaji kedua aspek tersebut,
selain menggunakan beberapa nilai yang berkaitan dengan keduanya, kita juga
harus menggunakan nalar kita sebagai ummat beragama. Tidak salah jika kita
mengkaji cerpen ini, dengan hanya melihat satu aspek saja, baik itu agama
ataupun sosialnya saja. Namun, hal itu
akan menyebabkan ketidak sempurnaan dalam penyimpulan makna cerpen ini.
Alasannya, aspek agama dan sosial merupakan satu kesatuan dalam penyuguhn
cerpen ini. Jadi dalam pembahasan ini, kita akan melihat cerpen Robohnya Surau
Kami melalui dua aspek, yaitu agama dan sosial. Dengan tetap memperlakukan
cerpen ini sebagai sebuah karya.
Dilihat dari aspek sosial cerpen ini
mengandung beberapa hal, diantaranya kritik sosial dan pesan moral yang sangat
berharga. Kritik sosial yang dituangkan dalam cerpen ini yaitu tentang
kecendrungan masyarkat yang memiliki sikap individualistis. Yang dampaknya
menimbulkan kerusakan fasilitas umum, seperti mesjid yang digambarkan dalam
cerpen ini. Kritik sosial yang dihadirkan dalam cerpen ini bisa kita lihat
dalam tokoh yang yang dihadirkan. Garin tokoh kakek yang menghabiskan hidupnya
dengan menjadi penjaga surau, ia adalah seorang yang taat beribadah, namun
diakhir cerita ia dikisahkan mati dengan bunuh diri. Pesan sosialnya adalah
pada sebab dari kematian kakek Garin itu sendiri, yaitu cerita Ajo Sidi tentang
H. Soleh yang taat namun dimasukan kedalam neraka. Penggalan peristiwa ini
mengingtkan kita, bahwa sebagai makhluk sosial kita harus peduli terhadap
keluarga dan orang-orang disekitar kita.
Setelah kita melihat cerpen dari
aspek sosial, kita akan melihat satu aspek lagi yang tak kalah pentingnya,
yaitu aspek keaagamaan. Bahkan mungkin aspek inilah yang memiliki peran dalam
keistimewaan cerpen A.A. Navis ini. Dilihat dari segi keaagamaan, ada dua unsur
yang terdapat dalam cerpen ini, yaitu akidah dan ibadah. Mengenai kedua unsur,
cerpen memiliki pengaruh tersendiri terhadap masing-masing unsur. Atau lebih
jelasnya, cerpen memiliki pengaruh positif terhadap ibadah, dalam artian cerpen
memiliki seperangkat motivasi agar pembaca meningkatkan ibadahnya. Namun,
berbeda halnya dengan unsur ibadah, pengaruh cerpen terhadap unsur akidah
memiliki pengaruh negatif, dalam artian cerpen dapat menimbulkan penyimpangan
akidah. Dengan catatan penyimpangan tersebut sangat berpotensi terhadap orang
awam. Dua hal inilah yang menjadikan cerpen Robohnya Surau Kami memiliki
keistimewaan.
Dari segi ibadah, cerpen ini dapat
dikatakan memiliki seperangkat motivasi, agar pembaca memiliki hasrat untuk
meningkatkan ibadah setelah membacanya. Hal ini terlihat dari kehadiran Kakek
Garin dengan sosok yang sholeh namun,
pada akhir hayatnya ia melakukan bunuh diri. Hal ini memiliki artian bahwa
seorang yang selalu beribadah pun, imannya belum sempurna, terbukti dengan
perbuatan tercelanya, dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Jadi intinya, cerpen
ini mengingatkan, bahwa bentuk peribadatan bukan hanya ibadah mahdhoh (langsung
ke pada Allah) saja, melainkan ada juga ibadah ghair nahdhoh (melalui
perantara).
Pengaruh cerpen terhadap unsur
akidah memiliki potensi yang negatif, bertolak belakang dengan pengaruh cerpen
terhadap unsur ibadah. Diman cerpen memilki potensi dalam memberi pemahaman
akidah yang yang tidak tepat bagi orang awam. Hal ini dapat dilihat dari
penggalan cerpen ketika Ajo Sidi menceritakan tentang kejadian di akhirat.
Dalam ceritanya Ajo Sidi menggambarkan beberapa potongan yang cukup berbahaya
jika dipahami. Pertama ia menggambarkan adanya gelagat angkuhnya H. Sholeh
ketika dihadapkan dengan Allah. Hal ini jika kita fahami dengan baik adalah hal
yang tidak mungkin, karena, seluruh mahluk merasa tunduk kepada Allah diakhirat
nanti dan tidak mungkin dapat berlaku angkuh. Dan dampaknya jika orang awam
membacanya akan menimbulkan pemahaman yang keliru. Kedua, cerita Ajo Sidi
menggambarkan suatu kejadian dimana penghuni neraka dapat keluar dan melakukan
protes dengan berbondong-bondong. Hal ini juga tidak sesusi dengan akidah islam
bahwa penghuni neraka tidak mungkin dapat berbuat hal tersebut. Dan tetap pada
akhirnya, hal ini juga berpotensi menimbulkan kekeliruan dalam pemahaman
tentang neraka.
Meski cerpen ini memilki potensi
negatif terhadap akidah, tidak membuat
kita memandang cerpen ini sebagai suatu yang negatif. Karena, jika dibandingkan
kebaikan dan keluarbiasaan cerpen ini didominasi dengan nilai-nilai yang
positif. Selain itu cerpen ini juga memiliki nilai karya yang luar biasa. Dan
secara keilmuan cerpen ini memiliki kriteria yang memenuhi ketentuan dari
pembuatan prosa. Dan dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi kita sebagai orang
yang mempelajari sastra. Jadi kesimpulannya karya A.A. Nafis ini memiliki hal
yang luar biasa dan mungkin jarang kita dapatkan pada karya-karya yang ada
sekarang.
Pembahasan
Cerpen Robohnya Surau Kami
Karya
A.A. Nafis
Irwan Tiara
180110110036
Sastra Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar