Sabtu, 17 Maret 2012

selamat ulang tahun haramkah?

Mengucapkan "Selamat Ulang Tahun" apa hukumnya mari kita lihat menurut pendapat Nahdlatul Ulama:



Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa segala macam tindakan yang kita lakukan sangat tergantung pada niatnya, innamal a’malu bin niyyat. Niat itu sendiri yang akan menentukan nilai kepada tindakan tersebut. akankah tindakan itu akan bernilai ibadah ataukah hanya sekedar tradisi semata yang tidak ada unsure ubudiyah sama sekali di dalamnya. Begitu pula dengan merayakan hari kelahiran maupun kegiatan lainnya.Kaum Ahlussunnah Wal Jamaah memandang tradisi semacam ini dengan sikap proporsional, yaitu dengan pendirian bahwa selama di dalam acara tersebut ada unsur-unsur kebaikan, seperti; menyampaikan tahni’ah/ucapan selamat kepada sesama muslim, mempererat kerukunan antara keluarga dan tetangga, menjadi sarana sedekah dan bersyukur kepada Allah, serta mendo’akan si anak semoga menjadi anak yang shalih dan shalihah. Maka itu semua layak untuk dilaksanakan karena dianggap tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
Maka jika ditanyakan, apakah ada dalil syara’ mengenai peringatan ulang tahun kelahiran? Jawabnya ada, yaitu dalil qiyas, yakni mengqiyaskan masalah ini dengan perilaku sahabat nabi. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa sewaktu sahabat Ka’ab bin Malik menerima kabar gembira dari nabi saw. Mengenai penerimaan taubatnya, maka sahabat Thalhah bin Ubaidillah menyampaikan kepadanya ucapan selamat (tahni’ah).
Berdasarkan riwayat tersebut, maka hukum peringatan ulang tahun adalah mubah, bahkan sebagian ulama mengatakan sunnah hukumnya, namun dengan catatan : selama tidak ada hal-hal yang munkar di dalamnya. Misalnya : menyalakan lilin, memasang gambar patung (walaupun berukuran kecil) di tengah-tengah kue yang dihidangkan atau alatul malahi (alat permainan musik) yang diharamkan. Karena hal tersebut termasuk syi’ar orang-orang non muslim atau syi’ar orang fasik. Dasar pengambilan hukum seperti tersebut di atas adalah keterangan dari kitab “al-iqna’” juz I hal. 162 :

قَالَ الْقَمُوْلِيْ: لَمْ أَرَ لأَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا كَلاَمًا فِي التَّهْنِئَةِ بِالْعِيْدِ وَاْلأَعْوَامِ وَاْلأَشْهُرِ كَمَا يَفْعَلُهُ النَّاسُ، لَكِنْ نَقَلَ الْحَافِظُ الْمُنْذِرِيُّ عَنِ الْحَافِظِ الْمُقَدَّسِيِّ أَنَّهُ أَجَابَ عَنْ ذَلِكَ بِأَنَّ النَّاسَ لَمْ يَزَالُوْا مُخْتَلِفِيْنَ فِيْهِ وَالَّذِيْ أَرَاهُ أَنَّهُ مُبَاحٌ لاَ سُنَّةٌ فِيْهِ وَلاَ بِدْعَةٌ وَأَجَابَ الشِّهَابُ ابْنُ حَجَرٍ بَعْدَ اطِّلاَعِهِ عَلَى ذَلِكَ بِأَنَّهَا مَشْرُوْعَةٌ وَاحْتَجَّ لَهُ بِأَنَّ الْبَيْهَقِيَّ عَقَّدَ لِذَلِكَ بَابًا فَقَالَ: بَابُ مَا رُوِيَ فِيْ قَوْلِ النَّاسِ بَعْضِهِمْ لِبَعْضٍ فِي الْعِيْدِ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ، وَسَاقَ مَا ذُكِرَ مِنْ أَخْبَارٍ وَآثَارٍ ضَعِيْفَةٍ لَكِنْ مَجْمُوْعُهَا يُحْتَجُّ بِهِ فِيْ مِثْلِ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ وَيُحْتَجُّ لِعُمُوْمِ التَّهْنِئَةِ بِمَا يَحْدُثُ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ يَنْدَفِعُ مِنْ نِقْمَةٍ بِمَشْرُوْعِيَّةِ سُجُوْدِ الشُّكْرِ وَالتَّعْزِيَةِ وَبِمَا فِي الصَّحِيْحَيْنِ عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ فِيْ قِصَّةِ تَوْبَتِهِ لَمَّا تَخَلَّفَ عَنْ غَزْوَةِ تَبُوْكَ أَنَّهُ لَمَّا بُشِّرُ بِقَبُوْلِ تَوْبَتِهِ وَمَضَى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ إِلَيْهِ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ فَهَنَّأَهُ.
Artinya :
“Imam Qommuli berkata : kami belum mengetahui pembicaraan dari salah seorang ulama kita tentang ucapan selamat hari raya, selamat ulang tahun tertentu atau bulan tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak orang, akan tetapi al-hafidz al-Mundziri memberi jawaban tentang masalah tersebut : memang selama ini para ulama berselisih pendapat, menurut pendapat kami, tahni’ah itu mubah, tidak sunnah dan tidak bid’ah, Imam Ibnu Hajar setelah mentelaah masalah itu mengatakan bahwa tahni’ah itu disyari’atkan, dalilnya yaitu bahwa Imam Baihaqi membuat satu bab tersendiri untuk hal itu dan dia berkata : “Maa ruwiya fii qaulin nas” dan seterusnya, kemudian meriwayatkan beberapa hadits dan atsar yang dla’if-dla’if. Namun secara kolektif riwayat tersebut bisa digunakan dalil tentang tahni’ah. Secara umum, dalil dalil tahni’ah bisa diambil dari adanya anjuran sujud syukur dan ucapan yang isinya menghibur sehubungan dengan kedatangan suatu mikmat atau terhindar dari suatu mala petaka, dan juga dari hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa sahabat Ka’ab bin Malik sewaktu ketinggalan/tidak mengikuti perang Tabuk dia bertaubat, ketika menerima kabar gembira bahwa taubatnya diterima, dia menghadap kepada Nabi SAW. maka sahabat Thalhah bin Ubaidillah berdiri untuk menyampaikan ucapan selamat kepadanya”. sumber (http://www.nu.or.id)

Kamis, 15 Maret 2012

KEKASIH


Dentingan waktu yang kusayangkan
Yang karnanya menambah sekat antara aku dan kekasih
Aku hanya tahu cerita lahirnya yang membwa kebahagiaan
Kebahagiaan yang membuat angin melenggok anggun
membuat daun-daun tersenyum memikat
membuat awan berias kelembutan
membuat air mengalir penuh nada syukur
membuat bumi dan langit menari bersama
malaikat pun tak henti-hentinya tersenyum
wangi-wangian semakin memenuhi bumi Allah ini
gelap pun berpamitan kepada terang  benderang
ia Muhammad permata kehidupan
sayyidunnaasi wal jinsi
sayyidul malak wal malakuut
sang bunga cahaya bintang kejora
yang nasabnya indah bagai intan permata
yang senyumnya menebar kedamaian
aku geram kekasih....
saat jaahilun melempar suci wajah mu
hingga gigi sucimu berlumur darah
aku menangis kasih....
saat kau memekik dalam detik akhir hidupmu
dan kau mengingat kami yang durhaka
aku mencintaimu dan Dia
kau tanamkan pusaka dihati kami
kau elok nan indah lebih dari surga firdaus
kau genggam jahim saat menakuti kami
dimahsyar yang penat
aku menangis merindukanmu
menangis bercampur darah

Pidato untuk anak SD


Pentingnya ilmu pengetahuan dan akhlaku karimah bagi anak bangsa


          Yang pertama dan teristimewa, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah sang robbul Ghofur. Yang mana dengan nikmat dan karunianya,  kita sebagai anak-anak bangsa masih diberi kesempatan untuk menimba ilmu dan belajar mengamalkannya.
          Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi yang kita rindukan, nabi yang kita cintai yakni nabi kita sayyidina muhammad Saw.
          Yang saya hormati dewan juri yang wajahnya berseri-seri, saya yakin ibu dan bapa sudah tak sabar ingin memberi nilai kepada saya dengan nilai yang paling tinggi. Saya doakan pak, bu pulang dari sini ada yang naikin haji, ada yang ngasih mobil mersi dan yang paling utama diridhoi ilahi amin yaa robbal alamin.
          Tak lupa juga, saya sampaikan salam silaturahmi saya kepada teman-temanku putra-putri Indonesia yang berada di tempat ini, semoga kita selalu diberi kekuatan untuk memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menjadi anak yang sholeh dan rajin belajar. Amin ya robbal alamin.
Dalam kesempatan kali ini, saya sebagai putra Indonesia akan menyampaikan sebuah pidato yang berjudul “Pentingnya ilmu pengetahuan dan akhlaku karimah bagi anak bangsa”.
          Suatu keterangan mengatakan Al ilmu Nuurun wal jahlu dhoorun. Yang artinya kata mamah saya ilmu itu cahaya dan kebodohan itu bahaya lho temen-temen......  Nah untuk itu kita sebagai putra-putri Indonesia harus memiliki banyak sekali ilmu pengetahuan agar kelak kita menjadi bangsa yang besar dan disegani dunia. Dan mencari ilmu ketika kita berusia kanak-kanak itu penting sekali karena ada pepatah mengatakan      “ belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu, dan belajar diwaktu tua bagai mengukir di atas air”. Dan ulama yang menjadi idola saya yaitu Imam syafi’i ketika usianya masih sangat muda ia sudah menjadi Anak yang sangat pintar karena ia rajin belajr  meski usinya masih sangat muda. Prtanyaannya apa yang harus kita pelajari, sebagai bekal kita nanti?. Yang harus kita pelajari adalah selu...ruh bidang ilmu. Matematika, bahasa indonesia, IPA, IPS dan jangan lupa ilmu agama karena selain kita harus pintar, kita juga harus berakhlak mulia agar kita tidak menjadi pemimpin yang korupsi. Saya yakin pemimpin kita yang jajan sembarangan itu pintar-pintar.... sekali mereka pernah sekolah di SD sekolah Dewan, SMP sekolah menjadi pemimpin, tapi sayangnya mereka juga pernah sekolah di SMA yaitu sekolah melupakan akhirat. Nah..Jadi mulai sekarang kita harus rajin belajar dan mengaji karena kalau bukan kita siapa lagi?, ibu kita,ayah kita, guru-guru kita, pak polisi, pak menteri, pak presiden yang sekarang kuat dan hebat-hebat, suatu saat akan memiliki penggantinya, dan untuk menjadi penggnti yng baik kita harus memenuhi diri kita dengan ilmu pengetahuan dan akhlakul karimah. Nabi kita nabi muhammad tercinta adalah seorang yang pintar dan cerda....s sekali juga ia memiliki akhlak yang sangat baik, ia sopan, ramah, jujur, rajin, baik hati dan tidak sombong. Nah untuk itu kita jangan jadi anak yang malas karena Al kasalu daaun malas itu penyakit. Dan yang namanya penyakit harus segera diobati karena kalau tidak segera diobati penyakitnya, akan semakin parah dan membahayakan. Nah obatnya kita harus membiasakan menjadi anak yang rajin dlam segala hal baik itu membantu ibu dan maupun belajar. Yuk mulai sekarang kita menjadi anak-anak yang cerdas terampil dan bertaqwa demi tercpinya cita-cita bangsa kita. Dan semoga Allah manjadikan bangsa kita ini menjadi bangsa yang baldaatun thoyyibatun wa robbul ghofur Amin Ya Allah Ya Robbal Alamin.
Sekian dari saya mudah-mudahan ada manfaatnya.
Saya tutup dengan sebuah pantun
Mang Pipin mengecat pagar
Pagar nya deket pohon duren
Ayo teman rajin belajar
Biar pintar dan juga keren
Tari Jappin
Kursi sepotong
Hey pemimpin
Jangan korupsi dong.

Mohon maaf apabila banyak kekurangan.
Wallahul muafiq illa aqwami atthorik
Wassalamu alikum Wr. Wb.

Jumat, 02 Maret 2012

Pembahasan Cerpen Robohnya Surau Kami


Pembahasan Cerpen Robohnya Surau Kami
            Cerpen Robohnya Surau kami karya A.A. Nafis Merupakan sebuah prosa yang tidak hanya sekedar karya seni biasa. Cerpen ini menyuguhkan potret kehidupan yang memiliki makna yang mendalam, sehingga penyimpulan makna pun memerlukan kajian yang mendalam. Dan untuk menganalisis cerpen ini, ada dua hal besar yang harus diperhatikan, yaitu unsur fisik dan batin cerpen itu sendiri.
            Sebagai sebuah karya, tentunya cerpen ini memiliki unsur-unsur intrinsik, yaitu unsur- unsur yang membangun cerpen itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur- Unsur-unsur intrinsik terdiri dari lima hal antara lain, tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan gaya bahasa dan nada. Namun dalam pembahasan ini unsur-unsur intrinsik tidak dibahas secara mendalam. Sebaliknya unsur-unsur batin atau bisa dibilang makna yang menyeluruh akan lebih ditekankan.
            Tema cerpen ini adalah tentang  persoalan batin kakek Garin setelah mendengar bualan Ajo Sidi. Didalam cerpen, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa oleh pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluruh cerita. Gagasan yang mendasari seluruh cerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu. Jadi gagasan utama cerpen ini adalah konflik batin yang dialami kakek Garin karena bualan Ajo Sidi. Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir. Tokoh dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh. Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain, Ajo Sidi adalah orang yang suka membual, Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain, Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri. Sudut pandang cerpen ini yaitu pengarang berperan sebagai tokoh utama (akuan sertaan) sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita. Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh aku. Gaya di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata, dan majas alegori, dan sinisme.
           
Setelah membahas tentang unsur intrinsik, kita akan mulai pada pokok pembahasan yaitu unsur batin cerpen. Setidaknya  ada dua aspek yang ditekankan dalam cerpen ini yaitu,  aspek sosial dan aspek keagamaan. Untuk mengkaji kedua aspek tersebut, selain menggunakan beberapa nilai yang berkaitan dengan keduanya, kita juga harus menggunakan nalar kita sebagai ummat beragama. Tidak salah jika kita mengkaji cerpen ini, dengan hanya melihat satu aspek saja, baik itu agama ataupun sosialnya saja. Namun,  hal itu akan menyebabkan ketidak sempurnaan dalam penyimpulan makna cerpen ini. Alasannya, aspek agama dan sosial merupakan satu kesatuan dalam penyuguhn cerpen ini. Jadi dalam pembahasan ini, kita akan melihat cerpen Robohnya Surau Kami melalui dua aspek, yaitu agama dan sosial. Dengan tetap memperlakukan cerpen ini sebagai sebuah karya.
            Dilihat dari aspek sosial cerpen ini mengandung beberapa hal, diantaranya kritik sosial dan pesan moral yang sangat berharga. Kritik sosial yang dituangkan dalam cerpen ini yaitu tentang kecendrungan masyarkat yang memiliki sikap individualistis. Yang dampaknya menimbulkan kerusakan fasilitas umum, seperti mesjid yang digambarkan dalam cerpen ini. Kritik sosial yang dihadirkan dalam cerpen ini bisa kita lihat dalam tokoh yang yang dihadirkan. Garin tokoh kakek yang menghabiskan hidupnya dengan menjadi penjaga surau, ia adalah seorang yang taat beribadah, namun diakhir cerita ia dikisahkan mati dengan bunuh diri. Pesan sosialnya adalah pada sebab dari kematian kakek Garin itu sendiri, yaitu cerita Ajo Sidi tentang H. Soleh yang taat namun dimasukan kedalam neraka. Penggalan peristiwa ini mengingtkan kita, bahwa sebagai makhluk sosial kita harus peduli terhadap keluarga dan orang-orang disekitar kita.
            Setelah kita melihat cerpen dari aspek sosial, kita akan melihat satu aspek lagi yang tak kalah pentingnya, yaitu aspek keaagamaan. Bahkan mungkin aspek inilah yang memiliki peran dalam keistimewaan cerpen A.A. Navis ini. Dilihat dari segi keaagamaan, ada dua unsur yang terdapat dalam cerpen ini, yaitu akidah dan ibadah. Mengenai kedua unsur, cerpen memiliki pengaruh tersendiri terhadap masing-masing unsur. Atau lebih jelasnya, cerpen memiliki pengaruh positif terhadap ibadah, dalam artian cerpen memiliki seperangkat motivasi agar pembaca meningkatkan ibadahnya. Namun, berbeda halnya dengan unsur ibadah, pengaruh cerpen terhadap unsur akidah memiliki pengaruh negatif, dalam artian cerpen dapat menimbulkan penyimpangan akidah. Dengan catatan penyimpangan tersebut sangat berpotensi terhadap orang awam. Dua hal inilah yang menjadikan cerpen Robohnya Surau Kami memiliki keistimewaan.  
            Dari segi ibadah, cerpen ini dapat dikatakan memiliki seperangkat motivasi, agar pembaca memiliki hasrat untuk meningkatkan ibadah setelah membacanya. Hal ini terlihat dari kehadiran Kakek Garin dengan  sosok yang sholeh namun, pada akhir hayatnya ia melakukan bunuh diri. Hal ini memiliki artian bahwa seorang yang selalu beribadah pun, imannya belum sempurna, terbukti dengan perbuatan tercelanya, dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Jadi intinya, cerpen ini mengingatkan, bahwa bentuk peribadatan bukan hanya ibadah mahdhoh (langsung ke pada Allah) saja, melainkan ada juga ibadah ghair nahdhoh (melalui perantara).
            Pengaruh cerpen terhadap unsur akidah memiliki potensi yang negatif, bertolak belakang dengan pengaruh cerpen terhadap unsur ibadah. Diman cerpen memilki potensi dalam memberi pemahaman akidah yang yang tidak tepat bagi orang awam. Hal ini dapat dilihat dari penggalan cerpen ketika Ajo Sidi menceritakan tentang kejadian di akhirat. Dalam ceritanya Ajo Sidi menggambarkan beberapa potongan yang cukup berbahaya jika dipahami. Pertama ia menggambarkan adanya gelagat angkuhnya H. Sholeh ketika dihadapkan dengan Allah. Hal ini jika kita fahami dengan baik adalah hal yang tidak mungkin, karena, seluruh mahluk merasa tunduk kepada Allah diakhirat nanti dan tidak mungkin dapat berlaku angkuh. Dan dampaknya jika orang awam membacanya akan menimbulkan pemahaman yang keliru. Kedua, cerita Ajo Sidi menggambarkan suatu kejadian dimana penghuni neraka dapat keluar dan melakukan protes dengan berbondong-bondong. Hal ini juga tidak sesusi dengan akidah islam bahwa penghuni neraka tidak mungkin dapat berbuat hal tersebut. Dan tetap pada akhirnya, hal ini juga berpotensi menimbulkan kekeliruan dalam pemahaman tentang neraka.
            Meski cerpen ini memilki potensi negatif terhadap  akidah, tidak membuat kita memandang cerpen ini sebagai suatu yang negatif. Karena, jika dibandingkan kebaikan dan keluarbiasaan cerpen ini didominasi dengan nilai-nilai yang positif. Selain itu cerpen ini juga memiliki nilai karya yang luar biasa. Dan secara keilmuan cerpen ini memiliki kriteria yang memenuhi ketentuan dari pembuatan prosa. Dan dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi kita sebagai orang yang mempelajari sastra. Jadi kesimpulannya karya A.A. Nafis ini memiliki hal yang luar biasa dan mungkin jarang kita dapatkan pada karya-karya yang ada sekarang.
           

Pembahasan Cerpen Robohnya Surau Kami
Karya
A.A. Nafis

Irwan Tiara
180110110036
Sastra Indonesia